Wednesday 10 October 2012

Pulau Sikuai, Bukti Dahsyatnya Keindahan Pesisir Sumbar

Mungkin tak banyak traveler yang tahu tentang keberadaan Pulau Sikuai di Sumatera Barat. Pulau ini seperti baru ditemukan keindahannya. Patut dikunjungi saat Anda traveling ke Ranah Minang.
Bila kita berkunjung ke Sumatera Barat, biasanya hanya Jam Gadang, Lembah Anai, Lembah Arai, Rumah Gadang, dan pantai tempat asal mula kisah Malin Kundang yang populer di mata wisatawan. Memang benar, tempat-tempat inilah yang menjadi wisata andalan di Sumatera Barat.

Mengaku pecinta surfing, Anda bisa ke Pulau Mentawai yang tak jauh dari Pulau Sumatera. Tapi terus terang saja, jarang ada wisatawan lokal yang berkunjung ke sini. Mayoritas yang datang ke destinasi ini adalah wisatawan asing.

Namun tidak hanya itu, masih ada satu lagi tempat indah yang belakangan ini mulai populer, yaitu Pulau Sikuai. Pulau ini berbeda dengan Pulau Mentawai yang memiliki ombak yang tinggi.
Pulau Sikuai memiliki laut yang lebih tenang. Pulau dengan luas sekitar 40 hektar ini layak dijadikan salah satu tujuan wisata ketika Anda berada di Sumatera Barat.

Laut dengan pantai yang indah, pasir yang putih dengan latar belakang hutan yang masih perawan, menjadi panorama cantik di pulau ini. Kabarnya sunset di sini pun sangat indah. Namun sayang, menjelang sore saya sudah harus kembali lagi ke Padang.

Beragam aktivitas pun bisa dilakukan di pulau ini. Mulai dari banana boat, snorkeling, bersepeda mengelilingi pulau atau sekadar duduk di bawah pohon sambil minum air kelapa bisa traveler pilih sesuka hati.

Berlibur di Sikuai bisa membuat Anda merasa lebih rileks. Tentu saja, berada di pulau ini sama artinya menjauhkan diri sementara dari rutinitas yang membosankan. Memang benar, 'Indonesia, it's amazing!'

Pantai Parai Tenggiri, Satu Lagi Pantai Cantik dari Bangka

Menikmati pekerjaan yang selalu keluar kota menjadi hal yang menyenangkan. Sambil menyelam minum air, selain bekerja saya juga bisa traveling. Kali ini, Pantai parai Tenggiri nan cantik jadi target wisata, saat saya berada di Bangka Belitung.

Berprofesi sebagai seorang konsultan yang mendapat lokasi proyek tersebar di beberapa provinsi, membuat saya punya banyak kesempatan mengunjungi tempat wisata di berbagai daerah. Pada kesempatan ini, kebetulan saya ditugaskan ke Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung. Namun, karena keterbatasan waktu saya hanya sempat berkunjung ke Pantai Parai Tenggiri yang berada di Sungailiat, Kabupaten Bangka.

Mengenai waktu tempuh dari pangkal pinang, ada yang menarik di sini. Sedikit bercerita, angkutan umum di Pulau Bangka sangat sulit sekali ditemui. Saya pun sampai 'karatan' menunggu angkutan umum di pulau ini.

Akan tetapi, setelah menunggu hampir 1,5 jam akhirnya sebuah mobil berplat kuning lewat di hadapan saya. Sontak saya pun merasa sangat bahagia. Tanpa ragu, saya langsung meminta supir untuk mengantarkan ke Pantai Parai. Selanjutnya, supir pun setuju dengan tarif Rp 100.000.
Celakanya, sang supir ternyata baru beberapa hari menginjak Pulau Bangka. Saya heran kenapa dia bisa pasang tarif dan menyetujui untuk mengantar saya ke Pantai Parai. Untung saja informasi melalui penunjuk arah yang ada di sepanjang perjalanan cukup jelas menunjukkan ke arah Pantai Parai.

Saya berangkat dari Hotel Aston Soll Marina pukul 13.30 WIB dan tiba di Pantai Parai pukul 15.15 WIB. Ya, waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan informasi awal yang saya peroleh, yaitu sekitar 45 menit. Karena waktu tempuh perjalanan yang panjang saya pun merasa kasihan, jadilah ongkos supir saya tambahkan Rp 25.000 dari kesepakatan awal.

Akhirnya saya pun berhenti di depan sebuah resort "Parai Beach Resort & Spa" yang merupakan kawasan wisata terpadu Pantai Parai Tenggiri. Saya coba berkeliling untuk mencari alternatif penginapan, tetapi kecewa karena satu-satunya tempat istirahat di Pantai Parai hanya "Parai Beach Resort & Spa".

Sebelumnya saya tidak berani ke resepsionis karena sudah bisa menebak harga kamar yang akan ditawarkan. Namun, tidak ada pilihan lain maka saya melaju ke depan meja resepsionis. Sontak saja, saya kaget melihat harga kamar yang termurah masih seharga Rp 850.000.
Akan tetapi, setelah negosiasi saya mendapatkan harga spesial pada harga Rp 583.000. Ya, walaupun masih tinggi tapi saya sudah terlanjur jatuh hati pada pantai ini. Ahh, terpaksa saya relakan sebagian uang perjalanan dinas untuk membayar kamar di hotel ini.

Ini kali pertamanya saya berkunjung ke Bangka Belitung. Rasa takjub melihat pemandangan ini membuat hati tak ingin pergi. Batu-batu besar di sekitar pantai membuat pemandangan ini semakin sempurna.
Pengelola di lokasi ini sangat memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan wisatawannya. Hal ini terlihat dari lingkungan pantai yang bersih dan tertata asri serta beberapa safety guide yang memantau pengunjung yang berenang, agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Ada banyak fasilitas di pantai ini, seperti parasailing, banana boat, jetski, kolam renang, restoran resort dan restoran di atas pulau "Rock Island" dan masih banyak lagi.
Mengenai restoran Rock Island, panoramanya sangai indah sekali kalau disaksikan saat malam hari. Di kiri dan kanan jembatan terdapat lampu yang cahayanya sangat indah dan menambah suasana semakin romantis.

Tidak hanya itu, sunrise yang disajikan Pantai Parai ini berbeda dengan kebanyakan pantai yang telah saya kunjungi. Rasanya menarik sekali bisa menyaksikan sunrise di pantai dengan hamparan batu yang sangat banyak dan besar-besar.

Namun sayang, ada saatnya saya harus pulang ke Jakarta. Karena tidak ada angkutan umum saya pun menyewa travel untuk mengantarkan kembali ke Kota Pangkal Pinang. Pihak hotel kembali memberikan potongan harga sehingga saya hanya membayar Rp 200.000 dari harga normal Rp 250.000.

Dari supir travel ini saya baru mengetahui kalau ada sebuah jalan pintas yang menghubungkan Kota Pangkal Pinang dengan Pantai Parai. Waktu tempuhnya pun hanya sekitar 40 menit. Sangat jauh berbeda saat keberangkatan dengan menyewa angkot yang memakan waktu tempuh 1 jam 45 menit.
Sebenarnya, di dekat Pangkal Pinang adalagi pantai yang cukup bagus untuk dikunjungi, yaitu Pantai Padi dan Pantai Tanjung Pesona. Akan tetapi, adanya keterbatasan waktu saya belum sempat mengunjungi dua pantai tersebut.
Mungkin lain waktu, semoga saja proyek tahun depan semakin banyak sehingga saya bisa bekerja sambil liburan. Salam traveling!

Pasar Terapung Damnoensaduak Bikin Penasaran!

Sudah ketiga kalinya saya datang ke Thailand, tapi belum juga sempat datang Damnoensaduak Floating Market. Akhirnya, rasa penasaran membawaku ke pasar terapung ala Negeri Gajah Putih.
Berbekal penasaran saya mengunjungi Damnoensaduak Floating Market, sebuah pasar tradisional terapung terbesar di Negara Gajah Putih. Dengan menyewa mini van saya dan keluarga sudah siap sejak pagi.
Membutuhkan waktu tempuh 2 jam perjalanan menuju Provinsi Ratchaburi yang berada di barat daya Kota Bangkok. Namun sayang, perjalanannya terasa datar dan membosankan.
Tiba di lokasi, saya harus beli tiket masuk dan menyewa sampan tentunya dengan adegan tawar menawar terlebih dahulu. Waduh! Patokan harganya tidak jelas, kalau sampai tidak jadi tentunya tidak seru.

Sudah jauh-jauh datang dan ingin tahu seperti apa sih Damnoensaduak pasar terapung Thailand itu, masa tidak jadi hanya karena harga sewa sampan yang tak jelas. Jadi, ya sudahlah terpaksa kami bayar, tapi dalam hati, "Kalau jelek awas, cukup sekali!"

Belum 5 menit menyusuri kanal yang lebih mirip seperti parit besar, bau tak sedap dari airnya yang berwarna coklat menyeruak masuk ke hidung. Sampah bertebaran, bekas botol mineral mengambang dimana-mana. Waduh! Apa bedanya dengan Ciliwung ya? Saya pun hanya tutup hidung pakai tisu.
Perahu akan saling berpapasan dan sesekali bersenggolan dengan perahu yang mengangkut wisatawan lainnya di sepanjang kanal. Di pinggir kanal banyak kios-kios penjual suvenir dan sampan para penjual makanan dan buah-buahan yang sedang menunggu pembeli, bertransaksi. Itu memang pemandangan unik.

Jika Anda membayangkan Damnoensaduak, pasti membayangkan keramaiannya seperti pasar terapung di Sungai Kapuas, Kota Banjarmasin? Anda salah, karena Damnoensaduak hanyalah pasar terapung yang memanfaatkan kanal-kanal kecil sampai akhirnya sampan itu berhenti ditempat yang sama waktu saya naik tadi.

Lho, mana sungai besarnya ya? Saya membayangkan sebuah pasar terapung yang spektakuler dimana berkumpul ratusan penjual di sampannya yang berada di tengah-tengah Sungai Chaopraya.
Saya pun masih penasaran, ternyata lebih seru Pasar Terapung Banjarmasin. Saya pun membatin, "Cukup sekali, dan saya tidak penasaran lagi." Cintailah alam dan negerimu!

Pulau Buton, Tempat Transit Paling Indah Menuju Wakatobi

Sebenarnya tujuan utama saya waktu itu adalah menuju gugusan Kepulauan Wakatobi. Namun, sayang rasanya bila tidak mengeksplor Pulau Buton, Sulawesi Tenggara yang menjadi transit sebelum menuju Wakatobi.
Waktu itu, awal januari 2012, saya dan pasangan mau backpacking dari Makassar ke Wakatobi. Dari Makassar kami menaiki kapal pelni menuju Pulau Buton atau yang lebih dikenal dengan nama Bau-bau.

Sampai di sana kami pun pikir-pikir lagi untuk langsung menyambung perjalanan dengan kapal kayu yang menuju ke Wanci (Wakatobi). Ternyata, kami tertarik dengan keindahan pulau bersejarah ini. Akhirnya kami memutuskan akan menunda perjalanan ke Wakatobi selama satu hari untuk mengeksplor Bau-bau.

Waktu yang cukup singkat, kami sempat bingung ke mana destinasi pertama kami di pulau yang eksotis ini. Akhirnya, air terjun Bau-bau menjadi tujuan pertama kami karena kami juga belum mandi seharian. Untungnya pemandian di air terjun ini sedang sepi karena saat itu bukan hari libur. Jadi, kami bisa mandi dan main air sepuasnya.

Kemudian, destinasi kami selanjutnya adalah Pantai Nirwana yang letaknya lumayan jauh dari pelabuhan. Membutuhkan waktu perjalanan sekitar setengah jam bila menggunakan ojek.
Pantai Nirwana ternyata sangat indah! Perpaduan warna air laut dan langit di sana menyerupai warna pastel. Sungguh menawan bila dipandang mata. Kalau sudah ke sini, kami merasa tidak mau kembali lagi karena merasa seperti berada di negeri dongeng.

Tapi sayang, waktu kami di Bau-bau tidaklah banyak karena harus segera melanjutkan perjalanan ke Wakatobi dengan kapal kayu. Sampai berjumpa lagi Pulau Buton!

Berkemah di Pinggir Pantai Pulau Pari

Berkemah adalah salah satu cara untuk menikmati keindahan sebuah pantai. Kali ini saya pun bisa menikmati keindahan Pantai Pari, Kepulauan Seribu dengan cara tersebut. Rasanya semakin menyatu dengan alam.

Dari Bekasi menuju Tanjung Pasir, Kabupaten Banten, saya dan teman-teman menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan. Selanjutnya, menyeberangi lautan menuju Pulau Pari selama 2 jam. Pulau
Pari merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Seribu yang berada di sebelah utara DKI Jakarta.
Pulau yang bependuduk kurang lebih 200 kepala keluarga ini menyediakan homestay untuk bermalam. Bagi yang ingin menjadikan alunan suara ombak untuk menemani tidur, ketua RT setempat mengizinkan kita untuk berkemah di bibir pantai.

Tidak hanya itu, bersepeda di pagi hari merupakan salah satu cara menikmati keindahan Pulau Pari. Selain itu, juga ada cara lain yang tak kalah seru, seperti snorkeling dan banana boat yang paling favorit dilakukan wisatawan saat sore hari.

Di hari kedua menuju pulang, Pulau Bokor dengan pesona pasir putih, ombak-ombak kecil, serta batang pohon yang tumbang dan menjulang ke tengah laut tidak bisa dihiraukan begitu saja. Pulau Bokor hanya dihuni oleh binatang-binatang liar, seperti kera, ular. Percaya atau tidak, menurut nelayan setempat di sini juga terdapat anaconda!

Namun, sangat disayangkan pasir putih Pulau Bokor dinodai oleh sampah-sampah buangan dari pulau di sekitarnya yang terbawa ombak. Minimnya perhatian dari warga setempat dan kurangnya kepekaan
masyarakat terhadap lingkungan menjadi suatu masalah yang sangat disayangkan untuk destinasi wisata seperti ini.

Gili Linus, Si Cantik yang Misterius!

Tidak cuma Gili Trawangan, Gili Nanggu, Gili Meno, dan Gili Air saja! Masih ada Gili Linus yang keberadaannya menyimpan banyak misteri. Aura misterius pulau cantik ini, berasal mulai dari asal-usul keberadaannya sampai kuburan yang ada di Puncak Gili Linus.
Gili Linus, merupakan tumpukan bebatuan yang indah berbentuk kubus dan persegi panjang. Bebatuan tersebut seperti pahatan manusia yang menumpuk dan tersusun rapi. Diperkirakan bebatuan ini sudah berusia ratusan sampai ribuan tahun.
Senin, 17 September lalu saya bersama seorang sahabat, Didik Firmansyah Yamin, melakukan ekspedisi ke daerah Jerowaru di ujung selatan Lombok Timur. Ekspedisi tersebut kami beri nama Ekepsedisi Lombok Selatan (EkspedisiLS).
Kami berangkat sekitar pukul 09.00 WITA dari Setungkep, Keruak yang menjadi lokasi rumahnya Didik. Perjalanan pertama kami menuju Batu Nampar. Ya, daerah ini membuat penasaran setelah lama diperbincangkan dalam sosial media.
Bukan karena Batu Nampar ini daerah penghasil tembakau, tapi katanya Batu Nampar ini menyuguhkan pantai-pantai yang eksotis. "Ehm, semakin penasaran aja."
Setibanya di Batu Nampar, kami mampir ke rumah teman kuliah Didik, Mbak Eli di IKIP Mataram. Ternyata bukan mencari pasangan perempuan jalan-jalan, Mbak Eli ini justru menjadi pemandu selama berada di Batu Nampar.
Di rumah Mbak Eli, kami diceritakan tentang kehidupan petani tembakau di Jerowaru oleh bapaknya. Petani tembakau tahun ini, nasibnya terlunta-lunta karena tembakau dibeli murah oleh perusahaan. Selain itu, mereka yang menjadi petani tembakau wajib menyekolahkan anak mereka sampai ke perguruan tinggi.
Pantas saja, di rumah Mbak Eli ada beberapa foto wisuda kakak-kakaknya. Oh ya, Batu Nampar ini termasuk dalam desa di pesisir Pantai Jerowaru. Sekitar pukul 11.00 WITA. Akhirnya kami berempat, yaitu Saya, Didik, Mbak Eli dan sepupu Mbak Eli, Inul memutuskan untuk melakukan perjalanan.
Kami memulai ke destinasi pertama, yaitu Gili Linus. Aneh juga yah namanya, karena yang kita tahu biasanya Gili Nanggu dan Gili Trawangan saja.
Setelah sampai di Dermaga Batu Nampar, kami kembali bertamu ke kediaman keluarga Mbak Eli yang kebetulan akan mengantar kami menyeberang ke Gili Linus. Setelah 15 menit mengobrol dengan Tuaq (paman), kami pun berangkat ke Gili Linus.
Tampak dari kejauhan Gili Linus seperti bukit yang muncul di tengah laut. Sekitar 10 menit menyeberang akhirnya sampai juga kami di Gili Linus.
Ya, bau menyengat kuburan tercium dari dermaganya, saya curiga kalau di Gili ini hanya ada kuburan saja. Awalnya, Eli dan Inul tak mau naik, tapi saya paksa terus. Apa gunanya ikut nyeberang tapi tidak menikmati alam Linus. Akhirnya kami berempat pergi, sementara Tuaq menunggu di dermaga.
Batu-batu yang menumpuk dan tersusun rapi di Gili Linus mungkin sudah berusia ratusan sampai ribuan tahun karena disela-sela batu yang menumpuk ini ditumbuhi pohon-pohon besar. Setelah sampai di puncak Gili Linus ada kuburan tetua atau orang zaman dulu Jerowaru.
Ada dua buah kuburan yang satunya lebar dan besar, tapi satunya lagi kecil. Di kuburan tersebut ada bekas kepala kambing dan wadah kemenyan. Konon, kuburan ini sering dijadikan tempat ritual oleh masyarakat setempat.
Gili Linus ramai dikunjungi masyarakat sekitar apabila ada upacara adat Sasak, keagamaan, serta acara pergantian Tahun. Di sisi bagian timur Gili Linus, kata Tuaq ada batu unik berbentuk kursi. Tapi sayang, batu tersebut tidak bisa diambil gambarnya. Ya, karena batu ini tertutup oleh semak-semak dan tidak akses menuju ke sana.
Gili Linus sudah masuk daftar pulau-pulau kecil yang dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Untuk sampai di Gili Linus, wisatawan harus menyeberang. Tarif penyeberangan ke Gili Linus hanya perlu membayar sekitar Rp 5.000 per orang dengan menggunakan sampan kecil. Satu sampan ini muat untuk lima orang dan satu nahkoda.
Selain itu, ada beberapa mitos yang beredar di tengah-tengah masyarakat tentang keberadaan Gili Linus. Gili Linus terbentuk dari tiga batu mulia yang dihadiahkan oleh kerajaan Dompu ke kerajaan Sasak di Jerowaru. Salah satu batu mulia ini sampai sekarang keberadaanya masih misteri, sementara dua batu mulia yang lainnya masing-masing dipegang oleh penunggu Gili Linus (jin) dan manusia biasa yang ternya Tuaq sendiri.
Dulunya, Gili Linus adalah benteng pertahanan Kerajaan Sasak. Tapi, nama kerajaannya tidak disebutkan oleh Tuaq. Saat ini Gili Linus dikuasai oleh 3 suku, yaitu Suku Sasak yang mendapat bagian di sisi puncak, utara, dan barat, Suku Tionghoa yang mendapat bagian di sisi timur dan Suku Bugis di bagian Selatan.

Sedangkan bagian puncak dan barat yang dikuasai Suku Sasak diamanatkan kepada jin penunggu sebelah utara. Salah satu tokoh masyarakat Jerowaru di bagian puncak dan bagian barat.
Jangan sekali-kali berbuat maksiat di Gili Linus, apabila Anda membawa pasangan lawan jenis! Apabila melanggar Anda akan diusik oleh penunggunya.

Selain itu, jangan membawa pulang benda apapun dari Gili Linus. Setiap benda di pulau ini ada penjaganya. Apabila ada yang terbawa sampai rumah, pasti akan ditagih oleh penunggunya.
Di puncak dekat kuburan, ada sebuah mata air. Namun, jarang ada yang bisa melihat apalagi menemukannya. Apabila Anda bisa melihat mata air tersebut, segeralah membuat ritual khusus! Konon itu menjadi pertanda rezeki Anda akan melimpah.

Setelah 1 jam di Gili Linus, kita kembali ke dermaga. Tahukan Anda? Ada ang lebih unik saat kita ingin meninggalkan Gili Linus. Kami harus mengelilingi Gili tersebut. Tidak banyak-banyak, hanya cukup satu kali saja. Kalau menurut saya, prosesi ini dilakukan agar bisa melihat semua sisi Gili Linus dari lautan.

Oh ya, sebenarnya dibandingkan dengan Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air, Gili Nanggu ataupun Gili Kondo, Gili Linus tidak memiliki sesuatu yang spesial. Tapi, dari atas puncak Gili Linus kita bisa menikmati panorama indah pantai-pantai di sekitar, seperti Pantai Ekas, Pantai Surga, Pantai Batu Nampar, dan Pantai Gerupuk.

Rute menuju Batu Nampar itu sangat mudah. Dari pertigaan kantor Desa Sukaraja, kalau dari arah Praya ke kanan kemudian lurus. Nanti bertemu pertigaan belok kiri, lurus lagi ketemu pertigaan dan ambil kanan.

Terus saja ikuti jalan yang beraspal dan aspalnya juga sudah bagus sampai ketemu pasar dan ada perempatan belok kiri. Selanjutnya, lurus sampai nanti ketemu Tambak Garam. Ikuti jalan dan sampailah di Dermaga Batu Nampar. Kalau mau menyeberang langsung saja tanya-tanya ke nelayan setempat.

Tanjung Ringgit, Pesona Terindah di Ujung Pulau Lombok

Lombok di Nusa Tenggara Barat tidak akan ada habisnya menawarkan keindahan. Di setiap sudutnya adalah surga, seperti Tanjung Ringgit yang berada di ujung tenggara pulau cantik ini.
Tidak hanya Uluwatu di Bali yang menawarkan tebing-tebing eksotis dan memanjakan para pengunjung. Lombok juga punya! Ini dia Tanjung Ringgit yang memakan waktu tiga jam perjalanan untuk sampai di kawasan ini dari Kota Mataram.
Tanjung Ringgit adalah lautan lepas di Samudera Hindia. Banyaknya tanjung dengan tebingnya yang eksotis, pasir putih dan air lautnya yag berwarna biru, menjadi daya tariknya. Selain itu, Tanjung Ringgit memiliki situs sejarah peninggalan dari masa penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia.
Dari sekian banyaknya keindahan yang ada Tanjung Ringgit, ada beberapa keunikan yang kita bisa temui di sini, lho. Turun dari perbukitan menuju laut tidaklah susah. Ada lorong yang bisa menembus perbukitan. Dari sana kita bisa turun ke laut dengan melewati anak tangga dari lorong itu. Jalannya agak sedikit curam maka berhati-hatilah karena tiupan angin sangatlah kencang.
Setelah berada di bawah, kita bisa melihat lebih dekat adanya sumur air tawar yang berada tepat di bawah dinding tebing. Ya, ada sumur air tawar di tepi pantai. Unik!
Di kawasan ini juga ada pohon bernama Pohon Surga. Diberi nama Pohon Surga karena hanya ada satu pohon di tempat ini. Di pohon inilah pengunjung bisa berteduh dikala panas terik atau hujan. Dari sini juga kita bisa menikmati pemandangan Tanjung Ringgit yang luar biasa indah.
Di dinding tebing sebelah barat, yang termasuk tanjung yang paling eksotis, ada sebuah lukisan yang terbuat dari rumput-rumput yang tumbuh di dinding tebing tersebut. Panorama ini seolah membawa kita dalam suasana Pulau Bali.
Uniknya, coba perhatikan pasir dan terumbu karang yang muncul di lautan Tanjung Ringgit, kita bisa menemukan dan melihat lafadz Allah, silahkan dibuktikan! Selain keunikannya, kita di sini juga bisa berwisata sejarah.
Bukti fisik peninggalan Belanda dan Jepang masih bisa kita temukan di sini, seperti mercusuar peninggalan Belanda yang masih aktif sampai sekarang ini. Menurut masyarakat yang menemani kami, dulunya Tanjung Ringgit adalah wilayah pertahanan Belanda dan Jepang di wilayah selatan. Di sini sebenarnya ada dua buah Meriam Jepang, hanya saja meriam yang satu itu sudah dicabut oleh orang yang paling berpengaruh di wilayah itu dan disimpan dalam sebuah tempat.
Selain itu, juga ada parit-parit pertahanan yang sekarang sudah ditumbuhi semak belukar. Yang paling membuat penasaran, adalah gundukan tanah di sekitar Meriam dengan dua jendela yang berada di permukaan tanah. Mungkin, di bawah gundukan ini ada bangunan megah yang tertimbun, siapa tau bangunan yang tertimbun ini dulunya adalah pusat pertahanan yang dibuat oleh Jepang ataupun Belanda.
Berlanjut ke arah selatan, letaknya di ujung bukit kedua, terdapat gua yang sangat indah dan masih menganga. Namanya Goa Raksasa, gua ini juga digunakan oleh Jepang sebagai benteng pertahanan. Gua ini bisa tembus ke ke laut, sayangnya kami tidak bisa masuk jauh lebih dalam karena terkendala alat.
Ya, hal ini dikarenakan semakin dalam gua yang indah itu semakin gelap. Saat ini, menurut masyarakat sekitar, di dalam gua tersebut ada kolam air tawar yang seringkali digunakan untuk mandi oleh pengunjung.

Tangsi, Pantai Cantik Berpasir Pink di Lombok

Selama ini Pantai Pink yang kebanyakan orang Indonesia tahu hanya ada di Flores, NTT. Ternyata Lombok juga punya, lho! Ini dia Pantai Pink alias Pantai Tangsi di Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Dulu Pantai Pink ini dikenal dengan nama Pantai Tangsi. Pantai yang berada di Desa Pemongkong, Jerowaru ini hanyalah pantai transit untuk nelayan-nelayan yang berasal dari Desa Tanjung Luar, Keruak.
Letaknya tersembunyi, turun dari jalan utama, pelancong masih harus menempuh jarak 200 meter dan menurun dengan jalan tanah yang berlubang. Tidak banyak yang menyangka kalau Pantai Tangsi yang kini berubah menjadi Pantai Pink ini sekarang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Tidak hanya masyarakat Lombok Timur saja, melainkan traveler dari luar Lombok Timur juga berbondong-bondong menghabiskan weekend di pantai yang indah ini.
Rute menuju Pantai Pink ini, wisatawan seolah membelah hutan lindung Sekaroh. Wisatawan harus menempuh jarak sekitar 10 km dari pusat Desa Pemongkong dengan melewati jalanan aspal yang berlubang dan cukup mengocok perut jika kita tidak terbiasa menempuh jalan seperti ini. Tidak jarang kita akan berpapasan dengan kendaraan mewah. Ya, karena saat ini Pantai Pink menjadi primadona baru di Lombok.
Untuk urusan bekal sangat disarankan Anda membawa langsung dari rumah atau membeli dulu di warung pusat Kecamatan Jerowaru. Hal ini dikarenakan yang berjualan di sepanjang jalan hutan lindung Sekaroh ini masih jarang.
Kenapa dinamakan Pantai Pink? Kita akan tahu setelah menginjakkan kaki di pasirnya. Pasir di pantai ini terlihat berwarna pink. Warna pink pada pasir pantai ini ada karena pasir putih yang menyatu dengan butiran-butiran terumbu karang berwarna merah dan berefek kemerahan setelah bercampur air laut. Kemudian pantulan sinar matahari membuat warna pink pada pasir ini semakin terlihat. Terumbu karang berwarna merah ini tumbuh di perairan dangkal Pantai Tangsi dan terbawa ombak ke tepian.
Keindahan Pantai Pink pun terlihat sempurna dengan hamparan bukit di sekelilingnya. Di sisi kiri ada bukit dengan padang rumput yang luas dan dari bukit inilah pemandangan Pantai Pink terlihat sangat indah. Selain itu, ada juga tanjung yang eksotis di sisi kanan dengan gazebo yang memang disediakan di atasnya.
Tidak berhenti di situ, keindahan alam bawah laut Pantai Pink juga sempurna dengan adanya terumbu karang dan hewan-hewan lautnya. Dengan ombak yang tenang, snorkeling menjadi kegiatan yang pas di pantai ini. Tetapi sayang, beberapa gugusan terumbu karang sudah mulai rusak karena aktivitas nelayan setempat.
Tidak cukup dengan menikmati keindahan alam Pantai Pink, kita juga bisa menyewa perahu nelayan setempat untuk berkeliling di gugusan pulau-pulau kecil (Gili) yang berada sekitar 2 kilometer dari bibir Pantai Pink. Tarifnya hanya Rp 10.000 per orang dan perahu bisa memuat sekitar 10-12 orang.
Selain itu, juga ada sebuah gua peninggalan Jepang di bukit sisi tengah Pantai Pink. Gua ini mirip dengan gua-gua peninggalan Jepang di Sumatera Barat dan wilayah lain di Indonesia ini, mempunyai diameter sekitar 1,5 meter.
Tapi sayang, gua ini kurang terawat dan banyak ditumbuhi semak belukar. Konon gua Jepang ini adalah tempat bersembunyinya tentara Jepang pada masa Perang Dunia II, karena hampir seluruh gua Jepang di wilayah Indonesia mempunyai ciri dan fungsi yang sama, yaitu sebagai tempat persembunyian.

Banyunibo, Candi Tersembunyi di Tengah Sawah & Ladang Tebu

Hanya sedikit orang yang tahu Candi Banyunibo di DI Yogyakarta. Berada di tengah lahan persawahan dan ladang tebu penduduk, serta akses yang sulit, menjadi kendala wisatawan. Meskipun begitu, candi ini tetap eksotis!

Dari namanya, dalam bahasa Jawa bisa diartikan air (banyu) dan jatuh atau menetes (nibo). Candi ini pun berada di tengah area persawahan dan ladang tebu milik warga Dusun Cepit, Bokoharjo, Prambanan.

Candi Banyunibo bisa dibilang cukup terpencil. Aksesnya mudah dicapai bila menggunakan kendaraan pribadi menuju bagian timur Yogyakarta ke arah Wonosari. Waktu tempuh dari kota Yogyakarta, bila patokannya Malioboro hanya sekitar 30 menit. 

Banyunibo, berada satu kompleks dengan Candi Ratu Boko, Candi Ijo, dan Candi Barong. Ya, meski begitu tempatnya tidak bisa dikatakan berdekatan.

Candi Banyunibo termasuk dalam jenis candi Buddha dengan ciri khas memiliki stupa di bagian atas candi. Kemudian pada dinding bagian luarnya terdapat ornamen dan relief yang terpahat pada batu-batu penyusunnya. Ornamen berbentuk tumbuhan dan hewan mendominasi bagian dinding candi ini.

Berdasarkan referensi, Candi Banyunibo dibangun sekitar abad ke-9 pada masa Mataram Kuno. Situs ini terdiri atas satu candi induk yang menghadap ke barat dan enam candi perwara berbentuk stupa di sisi utara, timur, dan selatan.

Untuk masuk ke bagian induk candi, di sisi barat terdapat tangga dan pintu masuk. Bagian dalam Candi Banyunibo berbentuk persegi dengan dinding-dindingnya berhiaskan relung dan jendela.

Relung bagian timur merupakan yang terbesar dan berbentuk kala makara. Akan tetapi, tidak ada patung, arca, atau ornamen pendamping lainnya. Jendela bagian candi, ternyata terbuka sampai bagian luar candi. Terkadang, ada saja pengunjung yang iseng naik ke jendela menuju ke luar atau teras candi.

Selain itu, pada dinding teras sebelah kanan dan kiri dihiasi dengan relief perempuan dan laki-laki yang menggambarkan dewi kesuburan, yaitu Haritti dan suaminya Vaisaravana.

Saya pun merasa penasaran mengapa candi ini diberi nama Banyunibo. Padahal, di area sekitar candi tidak ditemukan adanya mata air yang jatuh dalam bentuk apapun. Bahkan sekadar tetesan air yang mungkin bisa dilihat pun tidak ada.

Ekspektasi muncul bahwa nama itu diambil dari kebiasaan masyarakat tempo dulu yang gemar memberikan nama pada bangunan-bangunan suci dengan istilah yang filosofis. Banyu dan nibo, mungkin masyarakat Mataram Kuno pada waktu itu menggunakan candi ini sebagai tempat pemujaan untuk meminta hujan dan kesuburan. Hal ini pun diperkuat dengan adanya relief Dewi Haritti yang menyimbolkan sebagai dewi kesuburan untuk umat Buddha.

Alhasil, perjalanan saya ke Candi Banyunibo tidak berhasil menemukan air menetes dalam bentuk apapun. Menurut kata Shakespeare, "Apalah arti sebuah nama."

Rp 1,8 Juta, Puas Liburan 3 Hari 2 Malam di Medan

Idealnya, Kota Medan dijelajahi dalam 3 hari 2 malam. Anda bisa menjelajah kota, mendatangi berbagai destinasi wisata, dan mencicipi aneka kuliner khas. Dengan bujet Rp 1,8 juta, Anda dapat liburan yang berkesan!

Medan adalah kota bagi setiap tipe traveler. Ada Istana Maimoon untuk pecinta sejarah, Kuil Shri Mariamman untuk wisata religi, sampai Merdeka Walk untuk berburu kuliner. Untuk mengeksplorasi kota ini, setidaknya butuh 3 hari 2 malam. Bujetnya sekitar Rp 1,8 juta, dengan asumsi Anda traveling berdua. Berangkat dari Jakarta hari Jumat pagi, dan pulang lagi hari Minggu sore. Transportasinya menggunakan pesawat terbang.

Kisaran bujet ini tentu saja bisa lebih besar atau lebih kecil, tergantung kebutuhan Anda masing-masing. Semakin banyak partner traveling bisa semakin murah, karena menghemat uang penginapan. Kalau punya banyak waktu liburan, Anda juga bisa menyiasati biaya dengan memesan tiket bus.

Berikut contoh itinerary yang disusun detikTravel, Kamis (11/10/2012):

Hari 1:

Pukul 05.00 WIB, Anda sudah harus standby di Bandara Soekarno-Hatta untuk naik pesawat tujuan Medan, misalnya Lion Air. Harga tiketnya Rp 559.000. Berangkat pukul 06.00 WIB, tiba di Bandara Polonia pukul 08.20. Jangan lupa, Rp 40.000 untuk airport tax.

Setibanya di bandara, cegatlah taksi untuk sarapan Soto Medan di RM Sinar Pagi, Jl Sei Deli. Simpan sekitar Rp 100.000 untuk transportasi Anda seharian ini. Siapkan pula, Rp 20.000 untuk sarapan pagi. Setelah itu, naiklah becak motor ke hotel tempat Anda menginap.

Hotel mewah sampai yang murah tersedia di Kota Medan. Untuk hotel nyaman dengan harga cukup murah, Anda bisa menginap di Hotel Bumi Asih, Jl Sei Bahorok Baru. Harga per malamnya Rp 230.000. Berarti, Anda bisa patungan masing-masing Rp 115.000.

Setelah check in dan istirahat, mulailah menjelajah Kota Medan. Datangilah Kuil Shri Mariamman di Jl Teuku Umar No 18. Kuil ini dibuka pukul 05.30-12.00 WIB, dan 16.00-20.00 WIB. Untuk makan siang, Anda bisa mencicipi nasi pecel plus rempeyek di warung persis depan kuil. Rp 10.000 dan perut pun kembali terisi.

Destinasi gratis selanjutnya adalah Vihara Gunung Timur, yang terletak 500 meter dari Kuil Shri Mariamman. Ini adalah vihara tertua di Kota Medan, yang bangunannya kental dengan arsitektur khas Tionghoa. Sore hari, Anda bisa mendalami seluk-beluk Kota Medan dan Provinsi Sumut di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, Jl H M Joni No 15. Harga tiket masuknya Rp 3.000 saja.

Malam hari, Anda bisa mengunjungi Merdeka Walk. Taruhlah bujet makan malam Anda sekitar Rp 50.000. Aneka makanan di sini pasti menggugah selera, termasuk pancake duren yang terkenal itu!

Hari 2:

Mulailah hari kedua liburan dengan sarapan di hotel. Jangan lupa siapkan Rp 50.000 untuk transportasi Anda seharian ini. Cobalah berjalan kaki atau cegatlah becak motor menuju destinasi pertama, yaitu Istana Maimoon. Dibangun pada 1888 oleh Sultan Deli, istana ini kental oleh unsur kebudayaan Melayu.

Tak jauh dari Istana Maimoon, berdiri Masjid Raya Medan yang cantik. Masjid tua ini punya gaya arsitektur yang mirip dengan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh. Anda bisa memotretnya dari luar, atau masuk untuk merasakan kesejukan masjidnya.

Siang hari, waktunya makan siang di Tip Top Restaurant. Letaknya di Jl Ahmad Yani. Restoran yang sudah ada sejak 1934 ini punya beragam menu, mulai dari masakan barat, Indonesia, bakery, hingga eskrim yang dibuat secara tradisional. Taruhlah sekitar Rp 50.000 untuk bujet makan siang Anda.

Perut sudah terisi, saatnya keliling lagi. Eits, jangan dulu jauh-jauh dari Tip Top Restaurant. Menyeberanglah dan Anda sudah tiba di sebuah situs sejarah, Rumah Tjong A Fie. Rumah yang dulu ditempati pengusaha Tionghoa ini didesain dengan gaya arstitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan art-deco. Di rumah ini, Anda bisa mengetahui sejarah kehidupan Tjong A Fie lewat foto dan beragam barang berharga. Harga tiketnya sekitar Rp 15.000.

Menjelang malam, saatnya beranjak ke Merdeka Walk. Siapkan ruang di perut Anda dan puaskan diri dengan aneka kuliner khas Medan. Simpan sekitar Rp 50.000 untuk bujet makan, dan Rp 115.000 lagi untuk penginapan malam kedua.

Hari 3:

Setelah sarapan pagi di hotel, cegatlah becak motor untuk menyambangi Pajak Ikan Lama. Pajak Ikan Lama adalah tempat Anda belanja suvenir berupa kerajinan tekstil, termasuk ulos khas Batak yang terkenal itu. Anda bisa membeli aneka kain untuk oleh-oleh. Atau, sekadar melihat-lihat pasar yang sudah ada sejak Kesultanan Deli itu.

Siang hari, bertolaklah ke Jl Kruing untuk membeli Bolu Meranti. Ini adalah salah satu oleh-oleh khas Medan yang paling digemari wisatawan. Selain Bolu Meranti, deretan toko di Jl Kruing juga menjual bika ambon dan beragam oleh-oleh khas Medan lainnya.

Siang hari, waktunya makan siang dengan menu sop iga sapi di RM Sipirok, Jl Sunggal No 14. Sop iga sapi di sini sangat terkenal di kalangan traveler. Rasanya sungguh nikmat! Taruhlah bujet makan siang Rp 50.000. Jangan lupa, bujet transportasi untuk seharian sekitar Rp 50.000.

Menjelang sore, cegatlah taksi untuk menuju Bandara Polonia. Maskapai Mandala Air tersedia mulai harga Rp 564.000, terbang pukul 20.55 WIB dan tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 22.55 WIB. Jangan lupa airport tax dari Bandara Polonia.

Tidur Nyaman Gaya Koper Sampai Ransel di Medan

Memiliki atraksi secantik Istana Maimoon membuat Medan jadi salah satu kota wajib kunjung banyak traveler. Tak perlu bingung bermalam di sana. Berikut ulasan tempat menginap di Medan, mulai dari koper hingga ransel.

Istana Maimoon, Menara Tirtanadi dan Merdeka Walk menjadi ikon Kota Medan yang sering sekali didatangi wisatawan. Liburan puas ke Medan akan memakan waktu lebih dari sehari. Dirangkum detikTravel, Kamis (11/10/2012) inilah penginapan dan hotel di Medan, gaya koper dan ransel:

1. Koper

Medan memiliki beberapa hotel berbintang yang nyaman dan akan membuat liburan Anda makin maksimal. Coba saja menginap di JW Marriot Hotel Medan dan nikmati sensasi menginap di jantung Kota Medan. Hotel bintang 5 yang berada di Jl Putri Hijau No 10 ini menawarkan harga mulai dari Rp 750 ribu.

Harga yang tak jauh berbeda ditawarkan oleh Grand Swiss-Belhotel Medan. Hotel bintang 5 ini memiliki harga kamar standar per malam mulai dari Rp 700 ribu. Hotel yang berada di Jl S Parman 217 ini dekat dengan Mal Cambridge sehingga memudahkan Anda yang senang belanja.

Hotel Grand Aston City Hall di Jl Balai Kota No 1 ini menawarkan tempat menginap bagi Anda yang ingin berada di tengah kota. Salah satu hotel terbaru di Medan ini disebut-sebut memiliki kenyamanan yang memuaskan. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 600 ribu.

Hotel lain yang berada di tengah kota adalah Hotel Santika Premiere Dyandra Medan. Terletak di Jl Kapten Maulana Lubis No 7, hotel fasilitas lengkap ini berada di kawasan strategis yang dekat dengan pusat pertokoan dan perkantoran. Harga yang ditawarkan untuk per malam adalah mulai dari Rp 600 ribu.

Grand Angkasa Internasional Hotel menjadi penginapan bagi tamu yang ingin ketenangan namun tidak ingin terlalu jauh dari kota. Dengan harga per malam mulai dari Rp 500 ribu, hotel ini menawarkan ketenangan dengan kenyamanan. Hotel yang berada di Jl Sutomo No 1 ini memiliki kelebihan yaitu menu makanannya yang kaya rasa dan bervariasi.

Di luar Medan, Anda yang mencari ketenangan pasti senang bermalam di kawasan Danau Toba. Ada Hotel Danau Toba di Jl Imam Bonjol 17 yang memiliki fasilitas cukup lengkap. Harga yang ditawarkan per kamar per malam adalah mulai dari Rp 450 ribu. Bangunannya unik karena berbentuk rumah khas Sumatera Utara. Meski begitu, fasilitas di dalamnya termasuk yang sangat baik.

2. Ransel

Hanya punya budget terbatas, bukan artinya tidak bisa menikmati Medan. Liburan gaya ransel oke juga. Di Jalan Sei Martebing No 1, Ada Cherry Red Hotel yang memiliki harga sewa kamar per malam mulai dari Rp 150 ribu. Kamarnya nyaman dan pelayanannya cukup memuaskan. Penginapan ini jadi salah satu hotel termurah yang ada di Medan.

Tak jauh dari Cherry Red Hotel, ada Cherry Green Hotel. Meski memiliki nama yang hampir sama, namun harga yang ditawarkan berbeda. Hotel yang berada di JL Sei Martebing No 9 ini memiliki harga menginap per malam mulai dari Rp 200.000. Masih di pusat kota, ada Hotel Bumi Asih yang terletak di Jl Sei Bahorok Baru No 20. Hotel ini memiliki akses yang cukup mudah untuk bepergian keliling Kota Medan. Harga menginap per malam di sini mulai dari Rp 230 ribu.

Wisma Sederhana di Jl Selat Panjang No 11C bisa jadi pilihan bagi Anda yang ingin penginapan yang berada dekat Bandara. Dengan harga per kamar mulai dari Rp 180 ribu per malam, Anda bisa mendapatkan fasilitas standar sebuah wisma. Harga sejenis juga berlaku di Hotel Syariah Aceh House Murni yang berada di Jl Murni, Medan Selayang.

Guest House Syariah Grand Jamee menawarkan pengalaman menginap di hotel bintang dua dengan suasana modern. Hotel yang berada di Jl Ring Road No 92 ini memiliki tarif kamar per malam mulai dari Rp 200 ribu. HL Days Inn di Jl Mojopahit Dalam No 1E/f memiliki harga menginap per malam Rp 220 ribu.

Di luar Medan, Pandu Lakeside Hotel akan mengajak tamunya menginap dengan suasana tepian Danau Toba yang megah. Hotel yang berada di Jl TPR Sinaga No 12 ini memiliki harga menginap per malam mulai dari Rp 230 ribu. Tak jauh dari penginapan, ada penyewaan peralatan olahraga air yang bisa Anda pinjam.

8 Destinasi di Medan dan Sekitarnya Pilihan Anda

Pesona Kota Medan sudah menaklukan banyak traveler. Ternyata, tidak hanya Ibukota Sumatera Utara saja yang menjadi primadona. Beberapa destinasi di sekitarnya pun tak luput dari pilihan d'Traveler.

Aksesnya mudah dan memiliki banyak tempat wisata, menjadikan Kota Medan laris dikunjungi wisatawan. Tidak hanya itu, kota ini juga dikenal memiliki ragam kuliner yang bisa membuat siapa saja ketagihan.

Sejak Selasa (9/10/2012) hingga Rabu (10/10) kemarin, detikTravel menggelar survei tentang tempat wisata paling favorit d'Traveler jika berkunjung ke Medan. Antuasias ditunjukkan para pembaca setia detikTravel ini. Dari survei tersebut, sebanyak 10,5 persen d'traveler memilih Istana Maimoon sebagai destinasi favorit saat berkunjung ke Medan.

Walaupun Istana Maimoon terlihat kurang mendapatkan perhatian, nyatanya masih banyak wisatawan yang berdatangan. Bangunan ini dibangun pada tahun 1888. Walaupun didirikan oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, tapi ternyata bangunan megah ini diarsiteki oleh TH Van Erp yang bekerja juga sebagai Konijnlijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), atau tentara Kerajaan Hindia-Belanda.

Desain bangunannya adalah perpaduan antara Indonesia, Persia, dan Eropa. Nuansa Melayu dan Islam jelas terlihat di bangunan yang terletak di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimoon ini.

Selain Istana Maimoon, d'traveler juga memilih Kedai Durian Ucok sebagai tempat favorit mereka dengan jumlah yang sama, yaitu 10,5 persen. Jika Anda datang pada bulan Desember sampai Februari, buah durian bisa dengan mudah Anda dapatkan di sini. Bulan tersebut adalah musimnya buah durian. Selain itu, harganya pasti lebih murah, yaitu sekitar Rp 15-20 ribu per buah.

Namun, bukan berarti selain bulan tersebut Anda tidak bisa menikmati durian di Kedai Durian Ucok. Sebab di Medan durian panen sepanjang tahun. Hanya saja harganya bisa lebih mahal.

Selanjutnya, ada Merdeka Walk dan Masjid Raya Medan yang juga menjadi pilihan d'traveler, yaitu sebanyak 7,8 persen. Jelas saja, dua tempat tersebut sudah sangat terkenal di Kota Medan. Bahkan seperti belum ke Medan rasanya jika tidak mampir ke dua tempat tersebut. Selain itu, ada juga sebanyak 5,2 persen d'Traveler memilih menyantap soto Medan di Rumah Makan Sinar Pagi.

Walaupun di Medan saja sudah memiliki banyak sekali tempat wisata, tapi ternyata d'traveler lebih menyukai aneka destinasi di sekitar medan. Sebanyak 39,4 persen d'Traveler memilih Danau Toba sebagai tempat berlibur mereka. Ada juga sebanyak 13,2 persen d'Traveler yang memilih pergi ke Berastagi. Meskipun berada dalam kawasan yang sama dengan Danau Toba, tapi ternyata Pulau Samosir mampu menarik perhatian sebanyak 10,5 persen d'Traveler.

3 Tempat tersebut memang memiliki panorama alam yang sangat indah. Bukitnya, d'Traveler rela jauh-jauh mampir ke sana saat sedang berlibur di Kota Medan. Jika Anda memiliki rencana berlibur ke Medan, mungkin beberapa destinasi pilihan d'Traveler bisa Anda masuki ke dalam daftar rencana wisata Anda.

Berikut adalah hasil survei yang digelar detikTravel tentang wisata favorit di Kota Medan, Sumatera Utara:

1. Danau Toba (39,4 persen)
2. Berastagi (13,2 persen)
3. Istana Maimoon (10,5 persen)
4. Kedai Durian Ucok (10,5 persen)
5. Pulau Samosir (10,5 persen)
6. Merdeka Walk (7,8 persen)
7. Masjid Raya Medan (7,8 persen)
8. Rumah Makan Sinar Pagi (5,2 persen)

Goyang Lidah di Medan, Dari Soto Sampai Durian

Wisata ke Medan terasa ada yang kurang jika tidak mencicipi kuliner khasnya. Ibukota Sumatera Utara ini punya ragam panganan yang bisa menggoyang lidah. Dari soto sampai durian, ada di sini!

Secara garis besar, Medan, Sumatera Utara dihuni oleh beragam etnis, seperti Melayu, Batak, Jawa, hingga China. Hal tersebutlah yang membuat kota ini memiliki aneka ragam makanan yang nikmat. Maka tak heran jika sebagian wisatawan yang berkunjung ke Medan punya niatan khusus untuk wisata kuliner.

Selain menu yang beragam, tempat yang menjual makanannya pun beraneka pula. Kamis (11/10/2012), detikTravel telah merangkum beberapa kuliner lezat khas Ibukota Sumatera Utara ini. Sebelum traveling ke Medan, yuk simak beberapa tempat asyik untuk mencicipi makanan khas Medan:

1. Soto Medan di Rumah Makan Sinar Pagi

Perjalanan wisata kuliner bisa dimulai dengan mencicipi soto Medan. Tempat yang paling terkenal untuk menikmati panganan ini adalah di Rumah Makan Sinar Pagi, tepatnya berada di Jalan Sei Deli. Jangan kaget, sebab masyarakat Medan sudah terbiasa sarapan dengan soto khasnya.

Berbeda dengan kebanyakan soto di Pulau Jawa, soto Medan memiliki kuah yang lebih kental. Campuran santan dan bumbu-bumbu yang digunakan juga sangat khas, Anda pasti ketagihan. Namun, jika Anda tidak suka makanan bersantan, tempat ini juga punya menu lain, seperti sop ayam atau sop daging yang sama nikmatnya.

Rumah Makan Sinar Pagi memang sudah terkenal dan selalu ramai pengunjung. Jadi, Anda harus bersabar jika ingin mengisi perut di sini. Atau mungkin, Anda juga bisa datang lebih pagi. Rumah makan ini buka pukul 7.00 sampai 15.00 WIB. Selain sebagai menu sarapan, soto Medan juga nikmat disantap siang hari.

2. Sop iga sapi di Rumah Makan Sipirok

Bukan Medan namanya jika hanya punya satu menu kuliner saja. Kota ini juga terkenal dengan sop iga sapinya yang bikin ketagihan. Tidak percaya, coba saja sendiri!

Biasanya, wisatawan menyantap sop iga sapi di Rumah Makan Sipirok. Tepatnya berada di Jalan Sunggal No 14. Lokasi ini cukup mudah dilalui, selain berada di pinggir jalan raya, tempatnya pun selalu ramai pengunjung. Tempat ini buka setiap hari, mulai pukul 10.00 hingga 15.00 WIB.

Sop iga sapi dengan kuah yang bening dan gurih sepertinya sudah menjadi favorit wisatawan yang datang ke Medan. Masakan yang satu ini benar-benar menggugah selera. Kalau sudah sekali makan, pasti ingin ketagihan.

3. Buah durian di Kedai Durian Ucok

Nah, ini dia yang paling tersohor di Medan. Jika datang pada bulan Desember sampai Februari, buah durian bisa dengan mudah Anda dapatkan di sini. Bulan tersebut adalah musimnya buah durian. Selain itu, harganya pasti lebih murah, yaitu sekitar Rp 15-20 ribu per buah.

Namun, bukan berarti selain bulan tersebut Anda tidak bisa menikmati durian di Medan. Sebab di kota ini durian panen sepanjang tahun. Hanya saja harganya bisa lebih mahal.

Sama halnya dengan kuliner lainnya di Medan, durian juga punya tempat yang menjadi favorit wisatawan untuk menikmatinya, yaitu di Kedai Durian Ucok. Tepatnya di Jalan Iskandar Muda No 75. Jangan takut tidak bisa memilih durian yang nikmat, karena di sini Anda akan dilayani dan dipilihkan buah yang sesuai selera.

Selain itu, Medan juga punya Kedai Durian Pelawi di Jalan Sunggal, Simpang Jalan Kutilang. Sama halnya Kedai Durian Ucok, tempat ini juga menjadi surganya durian di Medan.

4. Pancake Durian di Merdeka Walk

Puas berwisata kuliner seharian, sepertinya cocok sekali jika ditutup dengan berjalan-jalan ke Merdeka Walk. Tempat ini adalah pusat jajan berkonsep outdoor. Merdeka Walk sangat ramai pada malam hari. Ini adalah salah satu tempat nongkrongnya anak muda di Medan.

Selain kaya akan buah durian, Medan juga punya banyak makanan dengan olahan buah beraroma khas ini. Salah satunya adalah pancake durian. Makanan ini cocok untuk penutup setelah seharian berwisata kuliner di Medan. Di Merdeka Walk ada beberapa toko yang menjual pancake durian, tapi yang paling terkenal adalah Nelayan Tenda.

Toko dengan nama unik ini menjual pancake yang lezat. Cake ini dibuat dari buah durian tentunya, tanpa biji dan dibalut dengan dadar yang tipis. Yummy!

5. Mie Aceh Titi Bobrok

Bagi Anda yang punya rencana bertandang ke Medan, Mie Aceh Titi Bobrok juga wajib dicicipi. Tepatnya berada di Jalan Setiabudi No 17C. Walaupun berada di Medan, tapi kuliner khas Aceh ini menjadi salah satu makanan yang wajib dicoba.

Mie dengan campuran kepiting ini bisa disantap dengan dua cara, kering dan berkuah. Rasanya lezat dan kaya akan rempah. Mie Aceh semakin nikmat saat disantap bersama acar bawang, emping melinjo, dan irisan ketimun. Uniknya, Titi Bobrok punya menu dengan nama yang tidak biasa. Di belakang nama makanannya, ada yang diberi tambahan 'CPC' atau cepecial yang berarti spesial. Ada-ada saja...

Bagi Anda yang tidak suka dengan kepiting, jangan khawatir, sebab Mie Aceh juga nikmat dicampur dengan daging, telur, atau cumi. Satu porsinya, mie tersebut dihargai sebesar Rp 8.000 sampai Rp 15.000 saja.

Makan-makanan khas Medan memang sangat menggoda selera. Bahkan perut bisa lapar lebih awal dibuatnya. Jadi, bila berkunjung ke Medan jangan lupa untuk mencicipi aneka kulinernya yang yummy!

Sunday 7 October 2012

5 Tempat Seru Akhir Pekan Bareng Buah Hati

Akhir pekan di depan mata. Bagi yang sudah berkeluarga, saatnya memikirkan destinasi akhir pekan bareng si buah hati. Tak perlu bingung, datangi saja 5 tempat ini.

Tak perlu jauh-jauh dari Jakarta untuk akhir pekan yang seru bersama anak. Dihimpun detikTravel, Jumat (5/10/2012), berikut 5 tempat yang akan membuat akhir pekan bersama keluarga makin seru!

1. Agrifun

Bayangkan si buah hati asyik bercocok tanam padi di sawah, berkebun buah dan sayur-sayuran, sampai memberi susu kepada kambing-kambing. Keseruan inilah yang akan didapatkan di Agrifun, Bogor.

Berlokasi di Komplek Agripark, Jl Taman Kencana No 3, Agrifun menyuguhkan beragam wahana untuk bermain dan belajar tentang pertanian. Tempat ini juga dilengkapi Mini Lab, tempat si buah hati belajar tentang hewan-hewan mungil yang hanya bisa dilihat lewat mikroskop. Agrifun buka setiap hari pukul 09.00-17.00 WIB.

2. Kampoeng Maen

Kampoeng Maen di arena bumi perkemahan Cibubur punya 7 lokasi untuk 7 petualangan berbeda. Ada Kampoeng Permaenan, Kampoeng Keluarga, Kampoeng Tradisional, Kampoeng Rasa, Kampoeng Karya, Kampoeng Petualang, juga Kampoeng Pengetahuan.

Di Kampoeng Tradisional, si buah hati bisa diperkenalkan dengan beragam kerajinan tradisional Indonesia seperti batik, anyaman piring lidi, kreasi janur, dan lain-lain.

Di Kampoeng Petualang, si buah hati akan diuji keberaniannya dengan beragam fasilitas outbound. Memanjat tangga dan jaring, berjalan melewati beragam rintangan, juga meluncur dari atas ketinggian. Beberapa fasilitas outbound seperti Low Rope Course, Burma Bridge, Elvis Walk, juga flying Fox yang akan membuat si buah hati bagaikan petualang sejati!

Anak perempuan pasti suka berlama-lama di Kampoeng Rasa. Di sini, mereka akan diajak membuat beragam masakan sekaligus mencicipi hasil karya mereka sendiri. Ada putu, mie, serabi, milkshake, hingga martabak yang bisa dikreasikan sesuai selera buah hati.

3. Vin's Berry Park

Memetik stroberi langsung dari pohonnya mungkin bukan hal yang baru lagi. Tapi di Vin's Berry Park, Anda bisa mendampingi si buah hati untuk mengenal beragam jenis berry seperti stroberi, raspberry, dan blackberry.

Tempat ini juga punya kebun buah-buahan lain seperti markisa, jambu batu, jambu air dan nangka. Ada pula kebun sayuran, tempat si buah hati mencoba menanam sayur-mayur.

Tempat yang berlokasi di Jalan Kol Masturi Atas, Lembang, Jawa Barat, ini juga punya fasilitas outbound dan kemping. Tiket masuknya cukup murah, Rp 10.000 dan bisa langsung ditukar dengan segelas jus stroberi segar. Vin's Berry Park buka mulai 08.00-16.00 WIB.

4. Kebun Wisata Pasirmukti

Wisata alam yang lengkap bisa Anda dapatkan di Kebun Wisata Pasirmukti. Berlokasi di Jl Raya Tajur Pasirmukti No 4, Citeureup, Bogor, tempat ini bisa dicapai hanya 45 menit dari Jakarta.

Kebun Wisata Pasirmukti punya udara yang sejuk dan pemandangan yang asri. Di sini, Anda dan buah hati bisa melakukan beragam kegiatan seru yang dekat dengan alam. Misalnya tarik tambang, tangkap belut, juga ikut membajak sawah bersama petani setempat. Seru!

Anda sekeluarga bisa menginap di Camping Ground yang punya pemandangan cantik. Di lahan hijau ini, sepanjang mata memandang adalah kebun buah, hamparan sawah, dan sungai yang berair jernih. Tenang saja, Anda tak akan kerepotan membawa anak kecil kemping bersama. Tempat ini dilengkapi fasilitas kamar mandi, tempat mencuci, dan dapur umum.

5. De Ranch

De Ranch menyajikan wisata berkuda ala koboi. Benar sekali, di sini pengunjung bisa naik kuda sambil mengenakan kostum ala koboi Amerika. Eits, tapi bukan berarti Anda tak bisa menghabiskan waktu dengan anak tercinta di tempat ini.

De Ranch menyediakan beragam fasilitas dan wahana untuk menambah wawasan tentang kehidupan peternakan, khususnya kuda dan sapi. Bersama anak, Anda bisa mencoba serunya menunggang kuda dan delman. Selain itu ada pula olahraga panahan yang cocok untuk dewasa maupun anak-anak.

De Ranch berlokasi di Jl Maribaya No 17, Lembang, Bandung. Tempat ini buka pada Selasa-Jumat pukul 09.00-17.00 WIB, sementara akhir pekan dan hari libur pukul 08.00-18.00 WIB.

Bandung Juga Punya Taman Kupu-kupu

Bandung tak sebatas Jalan Dago, Braga, atau Riau saja. Di Jalan Cihanjuang, terdapat sebuah taman kupu-kupu yang cocok untuk destinasi akhir pekan. Seru!

Bandung masih jadi kota eskapisme favorit bagi warga Jakarta. Tinggal melaju di jalan tol Cipularang dan voila, Kota Kembang sudah di depan mata. Kalau lancar, Anda akan merasakan atmosfer Kota Bandung dalam 3 jam saja.

Banyak wisatawan yang menyambangi Kota Bandung untuk wisata belanja dan kuliner. Kawasan yang jadi primadona tentu saja Jalan Dago dan Riau, mengingat banyaknya Factory Outlet (FO) dan penjaja makanan khas Bandung. Tapi tahukah Anda, kota ini juga punya taman kupu-kupu yang seru untuk agenda akhir pekan.

Namanya Taman Kupu-kupu Cihanjuang. Berlokasi di Jalan Cihanjuang, Bandung Barat, taman ini dipenuhi kupu-kupu aneka bentuk dan warna. Anda akan merasa terhipnotis seiring mereka mengepakkan sayap cantiknya!

Saat detikTravel berkunjung beberapa waktu lalu, suasana di Taman Kupu-kupu Cihanjuang sangat hijau dan asri. Taman bergaya Bali akan menyambut Anda di pintu depan. Sebelum masuk, Anda wajib membeli tiket seharga Rp 20.000 saja. Eits, bukan berupa kertas, melainkan pin kupu-kupu yang boleh dibawa pulang.

Begitu masuk, di sisi kiri bangunan terdapat taman yang sudah dipasangi jaring. Area taman ini cukup luas, sekitar 5.000 m2. Pengunjung bisa berjalan searah jarum jam dan menikmati aneka kupu-kupu berterbangan. Ada yang oranye, kuning, hijau, hitam, biru, semuanya tampak cantik!

Di dalam Taman Kupu-kupu ada juga rumah kepompong. Puluhan calon kupu-kupu itu tersusun rapi. Kalau beruntung, kita bisa melihat kupu-kupu yang baru keluar dari kepompongnya. Butuh waktu 3-4 jam bagi kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong untuk siap terbang. Inilah waktunya Anda menyentuh mereka pelan-pelan atau melihatnya dari dekat.

Berkunjung ke Taman Kupu-kupu Cihanjuang pasti jadi agenda seru untuk akhir pekan kali ini. Letaknya juga cukup mudah dijangkau. Kalau menggunakan kendaraan pribadi, masuklah dari Geger Kalong ke arah belakang Kampus Politeknik Bandung (Polban) dan tiba di Cihanjuang.

Kalau menggunakan kendaraan umum, naikilah angkot Cimahi-Parompong yang langsung lewat di depan Taman Kupu-kupu. Opsi lain, angkot Cimahi-Ledeng akan mengantarkan Anda sampai 200 meter sebelum Taman Kupu-kupu.

ertama Kali Backpacking, Baca 6 Tips Ini

Butuh keinginan kuat untuk menggendong ransel dan memulai perjalanan. Bagi Anda yang pertama kali backpacking, inilah 6 hal yang harus diperhatikan sebelum berangkat.

Backpacking identik dengan perjalanan berbujet minim. Efisiensi pun menjadi hal yang paling ditekankan. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh backpacker pemula.

Dihimpun detikTravel, Jumat (2/10/2012), berikut 6 hal yang harus disiapkan sebelum pergi backpacking:

1. Pakailah ransel/ carrier

Backpacking identik dengan 'backpack' atau ransel. Alasan digunakannya tas jenis ini sederhana: praktis dan efisien. Anda tak perlu menggeret koper atau menjinjing tas-tas kecil. Kalau waktu liburan cenderung pendek, coba gunakan daypack (ransel ukuran 20-30 liter). Selebihnya, pakailah semi-carrier (ukuran 35-40 liter) atau carrier (45-80 liter) kalau traveling dalam jangka waktu lama.

2. Bawalah barang seperlunya

Siapa yang tahan tak bergaya selama traveling? Tapi saat backpacking, justru soal 'gaya' inilah yang patut dikesampingkan. Bawalah pakaian yang bisa digunakan pagi, siang, atau malam. Bagi wanita, tak perlu bawa banyak pernak-pernik seperti kalung dan gelang. Cukup bawa kacamata hitam untuk melindungi mata, dan sunblock untuk pelindung kulit. Selebihnya, bawalah pakaian yang membuat Anda senyaman mungkin!

3. Budget first

Inilah hal terpenting yang harus Anda ingat selama perjalanan. Backpacking identik dengan pengeluaran seminim mungkin. Akomodasi, transportasi, dan makan misalnya, harus dialokasikan dengan bujet sekecil mungkin. Tak heran banyak backpacker yang menginap di hostel, alih-alih hotel. Makan di pinggir jalan, alih-alih restoran mahal. Budget first!

4. Obat nyamuk, vitamin, dan obat-obatan pribadi

Anda tak akan tahu perjalanan seperti apa yang akan dilewati selama backpacking. Menggunakan bus ekonomi, menginap di hotel murah, makan di warung nasi. Oleh karena itu, obat-obatan adalah satu hal yang tak boleh ditinggal. Obat nyamuk oles penting saat Anda memasuki wilayah hutan atau pepohonan rimbun, juga saat menginap di hotel. Vitamin penting untuk menjaga daya tahan tubuh. Agar perjalanan lancar, bawa juga obat-obatan pribadi.

5. Menyingkirlah dari 'comfort zone'

'Comfort zone' atau zona nyaman adalah tempat yang sulit untuk kita tinggalkan, termasuk dalam sebuah perjalanan. Siapa pula yang tak mau makan enak, tidur nyaman, belanja sepuasnya saat jalan-jalan? Tapi, justru zona nyaman seperti inilah yang harus dijauhi saat backpacking. Anda harus berani terjun ke 'alam liar', berani melakukan hal baru yang jauh dari kata nyaman. Banyak backpacker bilang, hasilnya memuaskan!

6. Pelajari lingkungan sekitar

Kali pertama backpacking menjadi ajang pembelajaran bagi para pejalan. Destinasi wisata sampai perjalanan itu sendiri, merupakan sebuah hal baru. Penting untuk backpacker mempelajari lingkungan sekitar. Memerhatikan tiap tempat, tiap jalan, tiap arah agar tidak tersasar saat pulang. Penting juga untuk memerhatikan atmosfer setempat mulai dari masyarakat, bahasa, etiket, dan kebiasaan. Hormatilah penduduk setempat dan belajarlah dari sekitar. Hal-hal seperti inilah yang bisa jadi 'oleh-oleh' saat pulang.

Memperkenalkan Wisata Jawa Tengah Kepada Dunia Lewat Adu Lari

Bayangkan Jawa Tengah dengan sawah, kebun kopi, jalur kereta tua, dan desa dengan senyum ramah warganya. Pengalaman ini bisa dikenalkan kepada wisatawan asing dengan acara menggelar lomba lari melewati semua pemandangan indah itu. Kreatif!

Mesastila Challenge 2012 yg digelar Mesastila Resort di Losari, Magelang, Jawa Tengah, bukan lomba lari biasa. Adu balap 21,1 km ini melewati semua pemandangan indah yg ada dari Ambarawa sampai Magelang.

Pada Sabtu (6/10/2012) 68 Pelari dari Indonesia dan sejumlah negara berlomba menuju finish dari Museum Kereta Ambarawa, menyusuri jalur kereta uap. Dari situ mereka melewati sawah, kebun kopi, pedesaan dan finish di Mesastila Resort.

Siapa sangka, kalau acara olahraga ini juga menjadi ajang promosi wisata. Sport tourism rupanya cocok digelar di Magelang dan sekitarnya.

Retreat Manager Mesastila, Bryan Hoare dalam keterangan pers, mengatakan acara lari mereka dijamin bisa mempromosikan keindahan Jawa Tengah kepada wisatawan asing. Hal ini khususnya kepada penggemar sport tourism.

"Semua orang yang hari ini ikut lomba bilang pemandangannya bagus banget. Para pelari dari luar negeri, kalau menemukan tempat bagus, mereka pasti akan promosi kepada komunitasnya. Komunitas para pelari ini sangat penting," kata Bryan.

Pria yang juga merupakan atlet lari ini mengatakan lomba lari Mesastila Challenge ini sengaja dibuatkan jalur agar peserta bisa melihat keindahan alam dari Ambarawa sampai Magelang. Jalurnya pun menantang, sekaligus cantik.

"Semua keindahan yang ada di Jawa Tengah, berkumpul di sini semua," kata Bryan.

Acara ini pun selaras dengan Mesastila yang dahulu bernama Losari Spa Retreat and Coffee Plantation ini. Mesastila sebagai resor mewah, ingin mengedepankan konsep liburan sehat dan berkualitas, salah satunya dengan kegiatan lari.

"Tahun depan akan ada Visit Jateng Year 2013. Acara ini akan sangat bagus untuk perkenalan tourism," kata Bryan.

Acara Mesastila ini juga didukung oleh program amal Berlari untuk Berbagi yang digagas pengusaha muda Sandiaga Uno. Bos PT Adaro Energy ini juga ikut berlari sejauh 21,1 km.

Kilau Batu & Misteri Fosil Penyu di Gua Batu Cermin

Gua Batu Cermin adalah pesona sekaligus misteri di Labuan Bajo, Flores. Di dalam gua ini terdapat batu karang, batu stalaktit berkilau, dan fosil penyu yang berada di dinding guanya. Ajaib!

Flores tidak hanya soal pantai, laut, dan komodo saja. Terletak di Nusa Tenggara Timur, Flores memiliki banyak pesona yang harus Anda jelajahi, salah satunya adalah Gua Batu Cermin. detikTravel menelusuri dan melihat pesona gua ini dari dekat beberapa waktu lalu.

Gua Batu Cermin berada di Kampung Wae Kesambi, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores Barat, NTT. Letaknya 2,5 km dari Labuan Bajo. Gua ini menjadi destinasi yang wajib dikunjungi saat traveling ke Labuan Bajo.

Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 10 ribu, Anda akan berjalan selama 15 menit untuk menuju mulut gua. Hutan yang rindang dengan bambu-bambu melengkung menjadi pemandangan khas di sana.

Perjalanan tidak berhenti di situ. Anda harus menapaki tangga di dalam gua untuk menuju dan melihat batu cermin tersebut. Setelah itu, mulut gua dengan tinggi setengah meter akan menjadi jalan masuk. Anda harus menunduk dan menggunakan senter untuk masuk ke dalamnya. Hati-hati kepala Anda!

Di sinilah keajaiban Gua Batu Cermin dapat Anda lihat. Stalaktit dan stalagmit di dalam gua terlihat jelas berkilauan saat disinari cahaya senter. kilauan ini berasal dari kandungan garam yang ada di dalam airnya yang mengalir kala hujan turun. Batu-batu berkilauan ini akan membuat siapa pun terkagum-kagum. Tak hanya memandangi, Anda juga bisa mengabadikan pesonanya di dalam kamera.

Setelah berjalan jongkok, sampailah Anda di perut gua. Di sini ada keajaiaban yang sulit diterima akal sehat. Di atap guanya, terdapat fosil penyu yang berumur ribuan tahun. Fosil tersebut akan terlihat jelas saat Anda menyinarinya dengan senter. Sebabnya, suasana di dalam gua sangatlah gelap.

Tak hanya itu, misteri lainnya di dalam gua adalah batu-batu karang yang menjadi salah satu gugusan batu di dalam gua. Batu-batu karang tersebut memiliki kandungan garam yang tinggi. Batu-batu karang dan penyu yang seharusnya berada di bawah air laut, mengapa bisa berada di dalam gua di atas daratan?

Hal ini masih menjadi tanda tanya besar bagi peneliti atau pun masyarakat setempat. Di luar itu, Gua Batu Cermin juga memiliki anomali yang cukup unik. Batu yang ada di sini masih banyak yang mengandung garam. Jika Anda cukup tertantang dan memiliki rasa penasaran yang berlebih, bisa mencoba merasakan batu-batu di sini.

Tapi, tidak semua batu akan terasa asin. Hanya batu yang berkilau saja yang asin. Karena kilau itu berasal dari garam yang dikandung batu tersebut.

Hal terakhir yang menjadi keajaiban gua ini adalah 'cermin'. Melalui celah selebar 1 meter dari tempat melihat fosil penyu, Anda dapat melihat 'cermin' tersebut.

Di atas gua, terdapat lubang dengan diameter sekitar 2 meter yang membawa sinar matahari, lubang yang sangat terang. Di sekitar itu, terdapat celah sempit selebar 3/4 meter dengan dasar tanah keras dan beberapa batuan tumpul. Celah tersebut adalah cermin yang berisikan air yang memantulkan cahaya matahari.

Akan tetapi, perlahan air menyurut dan lama-kelamaan hilang, terutama saat musim kemarau. "Cermin" tersebut masih bisa dilihat saat sedang musim hujan. Itu pun harus menunggu hujan beberapa kali baru air bisa memenuhi celah tersebut.

Lebih dari itu, Gua Batu Cermin adalah kecantikan, keajaiban, sekaligus misteri dari Flores. Keindahan staklatit dan stalagmit di dalam guanya berbanding lurus dengan fosil penyu dan batu karangnya.

Rumah Adat Terunik se-Indonesia Ada di Flores

Beragam suku di Indonesia punya rumah adat yang berbeda. Kalau ingin melihat yang paling unik, datanglah ke Desa Wae Rebo di Flores. Ada rumah adat yang berbentuk kerucut dan menjadi magnet yang kuat bagi wisatawan!

Wae Rebo di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, bukanlah desa biasa. Desa tradisional ini diapit oleh gunung dan hutan, membawa udara dingin yang menusuk tulang. Kehidupan di Wae Rebo sangat bersahaja. Masyarakat dan alam menyatu dalam keharmonisan.

Salah satu bukti harmonisasi tersebut adalah rumah adatnya, yang diberi nama Mbaru Niang. Rumah ini berbentuk kerucut, dan punya 5 lantai di dalamnya! Sekilas, Mbaru Niang mirip seperti Honai (rumah adat suku Dani di Papua-red). Namun, bentuk kerucut di Mbaru Niang lebih mendominasi bangunan dengan atap yang hampir menyentuh tanah.

Atap rumah ini terbuat dari daun lontar. Dari 5 tingkat yang ada di dalam rumah ini, tingkat pertama disebut lutur atau tenda. Inilah tempat tinggal sang penghuni rumah.

Tingkat kedua, atau lobo, adalah tempat menyimpan bahan makanan atau barang. Naik satu lantai menuju tingkat 3, disebut juga lentar, adalah tempat menyimpan benih tanaman untuk bercocok tanam. Tingkat 4, disebut lempa rae, adalah tempat menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang banyak.

Nah, di tingkat 5 yakni lantai paling atas, wisatawan bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah. Lantai ini, disebut hekang kode, ditujukan untuk arwah leluhur yang disucikan oleh masyarakat setempat.

Masyarakat Desa Wae Rebo cukup sensitif terhadap panen. Mereka memandang tanah dan alam sekitar sama seperti manusia, sama-sama mahluk hidup, sama-sama harus dihormati. Sebelum bercocok tanam, masyarakat Desa Wae Rebo melakukan ritual khusus untuk menghormati kekayaan alam di sekitar mereka.

Kekayaan budaya di Desa Wae Rebo menjadi magnet bagi para turis di Flores. Untuk mencapainya, dibutuhkan 4 jam perjalanan darat dari Ruteng dengan medan berkelok menuju Desa Dintor. Dari Dintor, trek langsung menanjak. Melewati pematang sawah dan jalan setapak dari Sebu sampai Denge. Tak sampai di situ, perjalanan masih berlanjut menuju Sungai Wae Lomba. Barulah setelah sungai itu, Anda akan tiba di Desa Wae Rebo.

Selain merasakan kehidupan sederhana masyarakat setempat, wisatawan juga bisa membeli oleh-oleh khas berupa sarung tenun. Harganya sekitar Rp 300.000-400.000. Tidak terlalu mahal, mengingat kain ini dibuat dengan bahan dan alat-alat tradisional.

Jangan malu bertanya, karena warga Desa Wae Rebo akan menjawab dengan ramah. Mereka juga akan mempersilakan wisatawan masuk ke dalam Mbaru Niang dan melihat seisinya. Asal, mintalah dengan baik-baik dan penuh senyuman.