Wednesday 10 October 2012

Gili Linus, Si Cantik yang Misterius!

Tidak cuma Gili Trawangan, Gili Nanggu, Gili Meno, dan Gili Air saja! Masih ada Gili Linus yang keberadaannya menyimpan banyak misteri. Aura misterius pulau cantik ini, berasal mulai dari asal-usul keberadaannya sampai kuburan yang ada di Puncak Gili Linus.
Gili Linus, merupakan tumpukan bebatuan yang indah berbentuk kubus dan persegi panjang. Bebatuan tersebut seperti pahatan manusia yang menumpuk dan tersusun rapi. Diperkirakan bebatuan ini sudah berusia ratusan sampai ribuan tahun.
Senin, 17 September lalu saya bersama seorang sahabat, Didik Firmansyah Yamin, melakukan ekspedisi ke daerah Jerowaru di ujung selatan Lombok Timur. Ekspedisi tersebut kami beri nama Ekepsedisi Lombok Selatan (EkspedisiLS).
Kami berangkat sekitar pukul 09.00 WITA dari Setungkep, Keruak yang menjadi lokasi rumahnya Didik. Perjalanan pertama kami menuju Batu Nampar. Ya, daerah ini membuat penasaran setelah lama diperbincangkan dalam sosial media.
Bukan karena Batu Nampar ini daerah penghasil tembakau, tapi katanya Batu Nampar ini menyuguhkan pantai-pantai yang eksotis. "Ehm, semakin penasaran aja."
Setibanya di Batu Nampar, kami mampir ke rumah teman kuliah Didik, Mbak Eli di IKIP Mataram. Ternyata bukan mencari pasangan perempuan jalan-jalan, Mbak Eli ini justru menjadi pemandu selama berada di Batu Nampar.
Di rumah Mbak Eli, kami diceritakan tentang kehidupan petani tembakau di Jerowaru oleh bapaknya. Petani tembakau tahun ini, nasibnya terlunta-lunta karena tembakau dibeli murah oleh perusahaan. Selain itu, mereka yang menjadi petani tembakau wajib menyekolahkan anak mereka sampai ke perguruan tinggi.
Pantas saja, di rumah Mbak Eli ada beberapa foto wisuda kakak-kakaknya. Oh ya, Batu Nampar ini termasuk dalam desa di pesisir Pantai Jerowaru. Sekitar pukul 11.00 WITA. Akhirnya kami berempat, yaitu Saya, Didik, Mbak Eli dan sepupu Mbak Eli, Inul memutuskan untuk melakukan perjalanan.
Kami memulai ke destinasi pertama, yaitu Gili Linus. Aneh juga yah namanya, karena yang kita tahu biasanya Gili Nanggu dan Gili Trawangan saja.
Setelah sampai di Dermaga Batu Nampar, kami kembali bertamu ke kediaman keluarga Mbak Eli yang kebetulan akan mengantar kami menyeberang ke Gili Linus. Setelah 15 menit mengobrol dengan Tuaq (paman), kami pun berangkat ke Gili Linus.
Tampak dari kejauhan Gili Linus seperti bukit yang muncul di tengah laut. Sekitar 10 menit menyeberang akhirnya sampai juga kami di Gili Linus.
Ya, bau menyengat kuburan tercium dari dermaganya, saya curiga kalau di Gili ini hanya ada kuburan saja. Awalnya, Eli dan Inul tak mau naik, tapi saya paksa terus. Apa gunanya ikut nyeberang tapi tidak menikmati alam Linus. Akhirnya kami berempat pergi, sementara Tuaq menunggu di dermaga.
Batu-batu yang menumpuk dan tersusun rapi di Gili Linus mungkin sudah berusia ratusan sampai ribuan tahun karena disela-sela batu yang menumpuk ini ditumbuhi pohon-pohon besar. Setelah sampai di puncak Gili Linus ada kuburan tetua atau orang zaman dulu Jerowaru.
Ada dua buah kuburan yang satunya lebar dan besar, tapi satunya lagi kecil. Di kuburan tersebut ada bekas kepala kambing dan wadah kemenyan. Konon, kuburan ini sering dijadikan tempat ritual oleh masyarakat setempat.
Gili Linus ramai dikunjungi masyarakat sekitar apabila ada upacara adat Sasak, keagamaan, serta acara pergantian Tahun. Di sisi bagian timur Gili Linus, kata Tuaq ada batu unik berbentuk kursi. Tapi sayang, batu tersebut tidak bisa diambil gambarnya. Ya, karena batu ini tertutup oleh semak-semak dan tidak akses menuju ke sana.
Gili Linus sudah masuk daftar pulau-pulau kecil yang dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Untuk sampai di Gili Linus, wisatawan harus menyeberang. Tarif penyeberangan ke Gili Linus hanya perlu membayar sekitar Rp 5.000 per orang dengan menggunakan sampan kecil. Satu sampan ini muat untuk lima orang dan satu nahkoda.
Selain itu, ada beberapa mitos yang beredar di tengah-tengah masyarakat tentang keberadaan Gili Linus. Gili Linus terbentuk dari tiga batu mulia yang dihadiahkan oleh kerajaan Dompu ke kerajaan Sasak di Jerowaru. Salah satu batu mulia ini sampai sekarang keberadaanya masih misteri, sementara dua batu mulia yang lainnya masing-masing dipegang oleh penunggu Gili Linus (jin) dan manusia biasa yang ternya Tuaq sendiri.
Dulunya, Gili Linus adalah benteng pertahanan Kerajaan Sasak. Tapi, nama kerajaannya tidak disebutkan oleh Tuaq. Saat ini Gili Linus dikuasai oleh 3 suku, yaitu Suku Sasak yang mendapat bagian di sisi puncak, utara, dan barat, Suku Tionghoa yang mendapat bagian di sisi timur dan Suku Bugis di bagian Selatan.

Sedangkan bagian puncak dan barat yang dikuasai Suku Sasak diamanatkan kepada jin penunggu sebelah utara. Salah satu tokoh masyarakat Jerowaru di bagian puncak dan bagian barat.
Jangan sekali-kali berbuat maksiat di Gili Linus, apabila Anda membawa pasangan lawan jenis! Apabila melanggar Anda akan diusik oleh penunggunya.

Selain itu, jangan membawa pulang benda apapun dari Gili Linus. Setiap benda di pulau ini ada penjaganya. Apabila ada yang terbawa sampai rumah, pasti akan ditagih oleh penunggunya.
Di puncak dekat kuburan, ada sebuah mata air. Namun, jarang ada yang bisa melihat apalagi menemukannya. Apabila Anda bisa melihat mata air tersebut, segeralah membuat ritual khusus! Konon itu menjadi pertanda rezeki Anda akan melimpah.

Setelah 1 jam di Gili Linus, kita kembali ke dermaga. Tahukan Anda? Ada ang lebih unik saat kita ingin meninggalkan Gili Linus. Kami harus mengelilingi Gili tersebut. Tidak banyak-banyak, hanya cukup satu kali saja. Kalau menurut saya, prosesi ini dilakukan agar bisa melihat semua sisi Gili Linus dari lautan.

Oh ya, sebenarnya dibandingkan dengan Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air, Gili Nanggu ataupun Gili Kondo, Gili Linus tidak memiliki sesuatu yang spesial. Tapi, dari atas puncak Gili Linus kita bisa menikmati panorama indah pantai-pantai di sekitar, seperti Pantai Ekas, Pantai Surga, Pantai Batu Nampar, dan Pantai Gerupuk.

Rute menuju Batu Nampar itu sangat mudah. Dari pertigaan kantor Desa Sukaraja, kalau dari arah Praya ke kanan kemudian lurus. Nanti bertemu pertigaan belok kiri, lurus lagi ketemu pertigaan dan ambil kanan.

Terus saja ikuti jalan yang beraspal dan aspalnya juga sudah bagus sampai ketemu pasar dan ada perempatan belok kiri. Selanjutnya, lurus sampai nanti ketemu Tambak Garam. Ikuti jalan dan sampailah di Dermaga Batu Nampar. Kalau mau menyeberang langsung saja tanya-tanya ke nelayan setempat.

No comments:

Post a Comment