Tidak cuma Gili Trawangan, Gili Nanggu, Gili Meno, dan Gili Air
saja! Masih ada Gili Linus yang keberadaannya menyimpan banyak misteri.
Aura misterius pulau cantik ini, berasal mulai dari asal-usul
keberadaannya sampai kuburan yang ada di Puncak Gili Linus.
Gili Linus, merupakan tumpukan bebatuan yang indah berbentuk kubus
dan persegi panjang. Bebatuan tersebut seperti pahatan manusia yang
menumpuk dan tersusun rapi. Diperkirakan bebatuan ini sudah berusia
ratusan sampai ribuan tahun.
Senin, 17 September lalu saya bersama seorang sahabat, Didik
Firmansyah Yamin, melakukan ekspedisi ke daerah Jerowaru di ujung
selatan Lombok Timur. Ekspedisi tersebut kami beri nama Ekepsedisi
Lombok Selatan (EkspedisiLS).
Kami berangkat sekitar pukul 09.00 WITA dari Setungkep, Keruak yang
menjadi lokasi rumahnya Didik. Perjalanan pertama kami menuju Batu
Nampar. Ya, daerah ini membuat penasaran setelah lama diperbincangkan
dalam sosial media.
Bukan karena Batu Nampar ini daerah penghasil tembakau, tapi katanya
Batu Nampar ini menyuguhkan pantai-pantai yang eksotis. "Ehm, semakin
penasaran aja."
Setibanya di Batu Nampar, kami mampir ke rumah teman kuliah Didik,
Mbak Eli di IKIP Mataram. Ternyata bukan mencari pasangan perempuan
jalan-jalan, Mbak Eli ini justru menjadi pemandu selama berada di Batu
Nampar.
Di rumah Mbak Eli, kami diceritakan tentang kehidupan petani tembakau
di Jerowaru oleh bapaknya. Petani tembakau tahun ini, nasibnya
terlunta-lunta karena tembakau dibeli murah oleh perusahaan. Selain itu,
mereka yang menjadi petani tembakau wajib menyekolahkan anak mereka
sampai ke perguruan tinggi.
Pantas saja, di rumah Mbak Eli ada beberapa foto wisuda
kakak-kakaknya. Oh ya, Batu Nampar ini termasuk dalam desa di pesisir
Pantai Jerowaru. Sekitar pukul 11.00 WITA. Akhirnya kami berempat, yaitu
Saya, Didik, Mbak Eli dan sepupu Mbak Eli, Inul memutuskan untuk
melakukan perjalanan.
Kami memulai ke destinasi pertama, yaitu Gili Linus. Aneh juga yah
namanya, karena yang kita tahu biasanya Gili Nanggu dan Gili Trawangan
saja.
Setelah sampai di Dermaga Batu Nampar, kami kembali bertamu ke
kediaman keluarga Mbak Eli yang kebetulan akan mengantar kami
menyeberang ke Gili Linus. Setelah 15 menit mengobrol dengan Tuaq
(paman), kami pun berangkat ke Gili Linus.
Tampak dari kejauhan Gili Linus seperti bukit yang muncul di tengah
laut. Sekitar 10 menit menyeberang akhirnya sampai juga kami di Gili
Linus.
Ya, bau menyengat kuburan tercium dari dermaganya, saya curiga kalau
di Gili ini hanya ada kuburan saja. Awalnya, Eli dan Inul tak mau naik,
tapi saya paksa terus. Apa gunanya ikut nyeberang tapi tidak menikmati
alam Linus. Akhirnya kami berempat pergi, sementara Tuaq menunggu di
dermaga.
Batu-batu yang menumpuk dan tersusun rapi di Gili Linus mungkin sudah
berusia ratusan sampai ribuan tahun karena disela-sela batu yang
menumpuk ini ditumbuhi pohon-pohon besar. Setelah sampai di puncak Gili
Linus ada kuburan tetua atau orang zaman dulu Jerowaru.
Ada dua buah kuburan yang satunya lebar dan besar, tapi satunya lagi
kecil. Di kuburan tersebut ada bekas kepala kambing dan wadah kemenyan.
Konon, kuburan ini sering dijadikan tempat ritual oleh masyarakat
setempat.
Gili Linus ramai dikunjungi masyarakat sekitar apabila ada upacara
adat Sasak, keagamaan, serta acara pergantian Tahun. Di sisi bagian
timur Gili Linus, kata Tuaq ada batu unik berbentuk kursi. Tapi sayang,
batu tersebut tidak bisa diambil gambarnya. Ya, karena batu ini tertutup
oleh semak-semak dan tidak akses menuju ke sana.
Gili Linus sudah masuk daftar pulau-pulau kecil yang dilindungi oleh
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Untuk sampai di Gili Linus, wisatawan
harus menyeberang. Tarif penyeberangan ke Gili Linus hanya perlu
membayar sekitar Rp 5.000 per orang dengan menggunakan sampan kecil.
Satu sampan ini muat untuk lima orang dan satu nahkoda.
Selain itu, ada beberapa mitos yang beredar di tengah-tengah
masyarakat tentang keberadaan Gili Linus. Gili Linus terbentuk dari tiga
batu mulia yang dihadiahkan oleh kerajaan Dompu ke kerajaan Sasak di
Jerowaru. Salah satu batu mulia ini sampai sekarang keberadaanya masih
misteri, sementara dua batu mulia yang lainnya masing-masing dipegang
oleh penunggu Gili Linus (jin) dan manusia biasa yang ternya Tuaq
sendiri.
Dulunya, Gili Linus adalah benteng pertahanan Kerajaan Sasak. Tapi,
nama kerajaannya tidak disebutkan oleh Tuaq. Saat ini Gili Linus
dikuasai oleh 3 suku, yaitu Suku Sasak yang mendapat bagian di sisi
puncak, utara, dan barat, Suku Tionghoa yang mendapat bagian di sisi
timur dan Suku Bugis di bagian Selatan.
Sedangkan bagian puncak dan barat yang dikuasai Suku Sasak
diamanatkan kepada jin penunggu sebelah utara. Salah satu tokoh
masyarakat Jerowaru di bagian puncak dan bagian barat.
Jangan sekali-kali berbuat maksiat di Gili Linus, apabila Anda
membawa pasangan lawan jenis! Apabila melanggar Anda akan diusik oleh
penunggunya.
Selain itu, jangan membawa pulang benda apapun dari Gili Linus.
Setiap benda di pulau ini ada penjaganya. Apabila ada yang terbawa
sampai rumah, pasti akan ditagih oleh penunggunya.
Di puncak dekat kuburan, ada sebuah mata air. Namun, jarang ada yang
bisa melihat apalagi menemukannya. Apabila Anda bisa melihat mata air
tersebut, segeralah membuat ritual khusus! Konon itu menjadi pertanda
rezeki Anda akan melimpah.
Setelah 1 jam di Gili Linus, kita kembali ke dermaga. Tahukan Anda?
Ada ang lebih unik saat kita ingin meninggalkan Gili Linus. Kami harus
mengelilingi Gili tersebut. Tidak banyak-banyak, hanya cukup satu kali
saja. Kalau menurut saya, prosesi ini dilakukan agar bisa melihat semua
sisi Gili Linus dari lautan.
Oh ya, sebenarnya dibandingkan dengan Gili Trawangan, Gili Meno, Gili
Air, Gili Nanggu ataupun Gili Kondo, Gili Linus tidak memiliki sesuatu
yang spesial. Tapi, dari atas puncak Gili Linus kita bisa menikmati
panorama indah pantai-pantai di sekitar, seperti Pantai Ekas, Pantai
Surga, Pantai Batu Nampar, dan Pantai Gerupuk.
Rute menuju Batu Nampar itu sangat mudah. Dari pertigaan kantor Desa
Sukaraja, kalau dari arah Praya ke kanan kemudian lurus. Nanti bertemu
pertigaan belok kiri, lurus lagi ketemu pertigaan dan ambil kanan.
Terus saja ikuti jalan yang beraspal dan aspalnya juga sudah bagus
sampai ketemu pasar dan ada perempatan belok kiri. Selanjutnya, lurus
sampai nanti ketemu Tambak Garam. Ikuti jalan dan sampailah di Dermaga
Batu Nampar. Kalau mau menyeberang langsung saja tanya-tanya ke nelayan
setempat.
No comments:
Post a Comment